BLANTERORBITv102

    Pecandu Game Online Perlu Dibawa Ke Psikiater/Dokter?

    Selasa, 04 Juni 2013
    Hari ini Kitty membuka salah satu koran nasional, dan di salah satu halaman nampak artikel yang menarik. Silahkan disimak, di sini Kitty memberikan artikel lengkapnya khusus untuk kalian.


    JANGAN BERLEBIHAN: Anak-anak bermain game online di salah satu pusat perbelanjaan di Surabaya kemarin. Bermain game online secara berlebihan mengakibatkan anak jadi sensitif dan agresif.

    Headline: Game Online Bikin Anak Sensitif-Agresif (back: Mengganggu Aktifitas, Bawa ke Psikiater)

    SURABAYA - Game online semakin mudah diakses anak-anak. Bukan hanya warnet, pusat perbelanjaan pun menyediakan tempat nyaman untuk bermain game online. Meski begitu, orang tua harus tetap membatasi waktu anak untuk bermain game tersebut.

    Spesialis kejiwaan RSUD dr Soetomo dr Yunias Setiawati SpKJ menyatakan, sejak game online booming, banyak orang tua yang berkonsultasi terkait dengan anaknya yang kecanduan game tersebut. "Orang tua datang bersama anaknya. Sebagian besar keluhannya, anak mereka menjadi sensitif dan agresif," ungkapnya.

    Dokter yang juga berpraktid di Siloam Hospitals Surabaya tersebut menuturkan, bermain game online memicu stimulus kesenangan dalam otak yang membuat seorang anak ketagihan.

    Prosesnya secara singkat, bila mendapat stimulus yang menyenangkan, misalnya, bermain game online, otak anak akan memproses reward system yang mengeluarkan hormon kebahagiaan bernama endorphin. Itulah yang membuat si anak merasa happy.

    Dengan begitu, reward system akan bekerja lebih cepat, sehingga anak merasakan kebahagiaan yang berlipat-lipat. Proses adiksi tersebut tidak muncul secara langsung.

    Yunias memaparkan, fase pertama adalah experimental user atau fase mencoba bermain game online. "Fase kedua adalah social user atau si anak bermain game online supaya mendapat pengakuan dari teman-temannya. Versi mereka, supaya terlihat seperti jagoan," imbuh dia.

    Fase ketiga adalah occasional user. Si anak mulai ketagihan. Mereka akan merasa gelisah bila tidak bermain game online. Nah, fase keempat adalah abuser user. Pada fase ini, sudah terjadi penyalahgunaan fungsi game online. Si anak sudah mengalami adiksi. Bila tidak bermain game online, dia bakal marah secara agresif. Kondisi itu disebut withdrawal effect. Pada kondisi itulah biasanya orang tua baru membawa anaknya ke dokter.

    Selain itu, Yunias mencontohkan, salah seorang pasiennya yang mengalami adiksi berat terpaksa diberi penenang. Tapi, jangan khawatir, bila ditangani dengan baik, pasien bisa sembuh total. Untuk penyimpangan seperti itu, biasanya pasien akan diberi cognitive behavior therapy (CBT).

    Caranya, si anak diharuskan melepas kebiasaan bermain game online secara bertahap. Bila dalam waktu tertentu bisa mencapai hasil yang diterapkan, si anak diberi reward. "Harus dibatasi. Kalau bisa dua atau tiga hari sekali main 2 jam. Kalau sudah merasa kebiasaan game online mengganggu aktivitas, harus segera dibawa ke psikiater," tegasnya.

    Author

    Penulis Kitty

    Hello. Aku Selly, semoga tulisanku bisa memberi informasi dan membantu buat para pembaca.

    1. anggapan orang-orang bukan gamers itu keknya berlebihan banget.

      walaupun ada golongan gamers norak yang memang berlebihan, tapi mayoritas gamers khususnya di Indonesia nggak berlebihan seperti di Korea Selatan.

      menurut saya sih, gamers Indonesia saat ini tidak perlu ke psikiater untuk mengatasi kecanduan bermain game.

      lucunya:
      orang sakit aja nggak mau ke psikiater/dokter, apalagi yang sehat wal afiat #hahah.

      BalasHapus
    2. idem, setuju. Kesannya gamers itu dipandang sebelah mata. Bikin sesuatu yuk yang ngangkat nama gamers.

      BalasHapus